Ilustrasi doa. tirto.id |
Situs worldometer.info adalah salah satu website yang secara live
menyajikan data perkembangan covid-19 di seluruh dunia per hari Selasa
(24/03/20) malam merilis data dimana lebih dari 400 ribu orang di dunia telah
terkena virus mematikan ini, sebanyak 100 ribu-an dari mereka telah dinyatakan
sembuh, sementara lebih dari 17 ribu-an dari mereka telah meninggal dunia.
Tentu data ini menimbulkan kepanikan bagi sebagian orang. Namun, sebagai orang yang beragama sebenarnya kita tidak mesti merasa panik yang berlebihan.
Karena bagaimanapun kepanikan tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan justeru dapat memperparah keadaan, melemahkan atau menghilangkan akal sehat kita.
Lalu, bagaimana sikap yang baik dalam
menghadapi wabah penyakit berbahaya ini? menurut saya paling tidak ada 3 hal yang penting kita miliki. Pertama, kita kembalikan bencana
(baca: wabah penyakit covid-19) ini kepada Yang Maha Memiliki alam raya ini
yaitu Allah Ta’ala. Dia sendiri yang menyampaikan hal ini dalam firman-Nya yang artinya: “(yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata “inna lillahi wa inna
ilaihi raji’un” (sungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.”
[Al-Baqarah/2: 156].
Ketika kita mengembalikan wabah ini kepada pemilikinya,
maka kita akan merasakan ketenangan karena sesungguhnya setiap kita takkan terkena wabah kecuali atas kehendak-Nya. Demikianlah Allah menjelaskan dalam firman-Nya yang artinya, “Katakanlah (Muhammad) , “Tidak akan menimpa kami
melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan
hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman.” [At-Taubah/9: 51].
Pesan ayat ini sangat jelas bahwa suatu bencana akan menimpa orang yang memang
dikehendaki-Nya. Oleh karenanya orang-orang yang beriman hendaklah menjadikan
Allah sebagai pelindung dan penolong serta tempat bersandar.
Imam Al-Alusi menjelaskan maksud ayat di atas, ia
mengatakan, tidak akan ada yang menimpa diri kita kecuali apa yang telah Allah gariskan
bagi kita di Lauhil Mahfuz, takkan mungkin berubah karena persetujuan atau
ketidak setujuan kita. [Ruhul Ma’ani Fi Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azim Was Sab’ul
Matsani, jilid 5, hal. 278].
Kedua, setelah mengembalikan wabah ini kepada
pemiliknya kita lakukan ikhtiar manusiawi dengan cara melindungi
diri berbagai keumngkinan terkena virus semaksimal mungkin dengan melakukan pola hidup sehat, menjaga kebersihan badan dan lingkungan, meningkatkan stamina tubuh dan upaya pencegahan lainnya. Rasulullah saw berpesan dalam
hadisnya yang artinya, “Jauilah penyakit kusta (wabah) sebagaimana engkau lari
dari singa.” [HR. Ahmad, Baihaqi].
Ketiga, setelah melakukan upaya melindungi diri secara maksimal, kita dekatkan
diri ini kepada Allah, menyerahkan urusan kepada-Nya dan bermunajat kepada-Nya.
Salah satu doa yang diajarkan Rasulullah saw sebagaimana disebutkan dalam hadits yang artinya,
“ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila, kusta, dan dari
segala penyakit mengerikan lainnya. [HR. Ahmad, Abu Daud, dan An-Nasa’i].
Di antara cara untuk menggapai perlindungan Allah
adalah dengan melakukan berbagai perintah Allah yang wajib maupun sunah, sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi yang artinya: “Allah
berfirman; siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan perang kepadanya, dan
hamba-Ku tidak bisa mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku
cintai daripada yang telah Aku fardhukan, jika hamba-Ku terus menerus
mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunah, maka Aku mencintainya, jika Aku sudah
mencintainya, Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar,
penglihatannya yang ia jadikan untuk melihat, tangannya yang ia jadikan untuk
memegang, dan kakinya yang ia jadikan untuk berjalan. Jikalau ia meminta
kepada-Ku pasti Kuberi, dan jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, pasti Kulindungi.”
[HR. Bukhari dan Ahmad].
***
Jakarta, 24 Maret 2020
@
Tagged @ Hikmah
Tagged @ Keagamaan
0 Post a Comment:
Posting Komentar - Kembali ke Konten