Berbagi Pengetahuan untuk Pencerahan

Menebar Optimisme dalam Suasana Mencekam

S esulit apapun keadaan, kita mesti mengendalikan diri agar tetap bisa tenang. Mari kita belajar dari manusia-manusia mulia yang namanya diabadikan Allah dalam Al-Qur'an. Masih ingatkah kita dengan kisah pilu Siti Maryam binti Imran ibunda Nabi Isa as, dikala situasi sulit menimpa dirinya? ia begitu terpukul dengan tuduhan keji masyarakat di sekitarnya yang memfitnah dirinya sebagai pezina. Dalam keadaan berat seperti itu tetiba datanglah malaikat Jibril menghampirinya lalu memberi dukungan moril dengan ucapan, “..fakulî wasyrabî waqarrî ‘ainâ..” artinya, “..maka makan, minum dan bersenanghatilah engkau ..” seperti yang disebutkan dalam surah Maryam/19:26.

Ketika hidup kita bergelimang dosa, Allah mengingatkan kita dengan ungkapan yang termaktub dalam surah Az-Zumah/39:53 “..lâ taqnathû min rahmatillâh..” artinya, “..janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah..”. Senada dengan ungkapan tersebut, firman Allah dalam hadits qudsi riwayat imam Muslim dari Abu Dzar Al-Ghifari yang berbunyi, “..fastaghfirûnî aghfir lakum ..” artinya, “maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampunimu”.

Kemudian masih ingatkah kita dengan apa yang diucapkan oleh nabi Syu‘aib as kepada nabi Musa as pada saat nabi Musa as merasakan ketakutan begitu dahsyat akan kemarahan Fir’aun dan bala tentaranya yang diabadikan dalam surah Al-Qashash/28:25, “..lâ takhaf najauta minal qaumizh zhâlimîn.” artinya, “janganlah engkau takut! engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.”

Begitu dukungan moril nabi Muhammad saw kepada sahabatnya Abu Bakar As-Siddiq ra di gua Tsur kala ia merasa cemas yang hebat dari kejaran kaum musyrikin Quraisy yang hendak membunuh mereka berdua? “..lâ tahzan inna Allâha ma‘anâ..” jangan engkau bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.” Ucapannya itu diabadikan dalam surah At-Taubah/9:40.

Mari kita mengambil pelajaran dari hamba-hamba Allah yang mulia di atas, mereka tetap tenang dalam menghadapi situasi sesulit apapun. Saat ini, sungguh kita berada dalam situasi yang sangat mencekam, dimana pandemi global belum memperlihatkan tanda-tanda akan berlalu. Saatnya setiap kita mengucapkan kata-kata optimisme yang menghadirkan ketenangan jiwa sebagaimana yang diucapkan hamba-hamba Allah terdahulu, karena kita yakin bahwasanya Allah tidak akan pernah membiarkan kita.

Mari kita sebarkan kata-kata baik dan menenangkan itu kepada saudara-saudara kita, sahabat-sahabat kita di manapun mereka berada. Tak perlu menunggu orang lain menyapa kita dengan ungkapan yang menenangkan, tapi mulailah dari diri kita saat ini juga.

Boleh jadi, dalam situasi mencekam seperti sekarang ini ada sebagian orang yang merasakan kepanikan luar biasa. Takut bila nanti meninggal dunia tidak akan ada yang menyolatkan, takut tidak ada yang menghantarkan jenazahnya, dan lain sebagainya. Mari kita ingat pesan Rasulullah saw dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh imam Muslim dari Abu Hurairah ra: “..man mâta fi thâ‘un fahuwa syahîd..”, “.. siapa yang meninggal dunia karena wabah (thâ‘un) ia meninggal dalam keadaan syahid ..”.

Mengapa kita harus takut kepada apa yang menjadi ketetapan Allah? Kita tak usah panik, namun pada saat yang sama kita harus giat melakukan ikhtiar manusiawi, mengambil tindakan pencegahan sehingga kita bisa menjaga diri dari penularan wabah penyakit virus corona. Karena kita tahu bahwa jasad ini merupakan amanat Allah yang harus dipelihara agar tetap mampu berbuat kebajikan. Kita tidak boleh menganggap remeh akan wabah! Tetaplah tenang, jangan takut, jangan bersedih hati  sesungguhnya Allah selalu bersama kita.

Satu hal yang menjadi keyakinan kita, setiap kita akan mati! Barangsiapa yang tidak mati karena wabah penyakit corona, maka akan mati karena sebab yang lain. Allah SWT berfirman,


 قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ 

Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (al-Jumu‘ah/62:8)

Jika memang kita harus merasa takut, maka takutklah bila kita membawa dosa pada hari perhitungan (yaumul hisab). Mari tetap optimis menghadapi situasi sulit, kita tingkatkan ikhtiar pemeliharaan diri dan keluarga dari penularan wabah virus corona, kemudian kita bertawakal kepada Allah sepenuh jiwa.

***
Jakarta, 28 Maret 2020



@



0 Post a Comment:

Posting Komentar - Kembali ke Konten

Next Posting Lama
Menebar Optimisme dalam Suasana Mencekam