Berbagi Pengetahuan untuk Pencerahan

Nomor Satu yang Ditunggu

Ahad (01/06/2014), nomer urut pasangan capres dan cawapres telah diberikan KPU (Komisi Pemilihan Umum) kepada kedua kandidat. Berdasarkan hasil undian, pasangan Prabowo-Hatta memperoleh nomer urut 1, dan otomatis pasangan Jokowi-Kalla mendapatkan nomer urut 2. Kini masing-masing sudah mengantongi identitas nomer urut dan siap disosialisasikan kepada publik.

Meski angkat 1 bukan jaminan kemenangan, dan angka 2 bukan penentu kekalahan, akan tetapi diakui atau tidak secara psikologis angka satu menjadi rebutan kedua pasangan. Namun sekali lagi, nomer urut hanyalah pembeda semata dan bukan penentu.

Apakah angka 1 berdampak psikologis bagi publik sebagai pemilih? May be yes may be no.

Tak ada yang mustahil di dunia ini, semua serba mungkin. Bisa saja ada sebagian pemilih yang suka dengan angka 1 karena bermacam alasan; mudah dilihat, mudah diingat, atau alasan lainnya. Namun, bisa jadi bagi sebagian yang lain, angka 1 dan angka 2, sama saja baginya, atau bahkan ada yang lebih suka dengan angka 2.

Bila secara psikologis publik menyukai angka 1, maka pasangan Prabowo-Hatta sangat diuntungkan dan praktis pasangan Jokowi-Kalla sangat dirugikan. Namun demikian, pemilu presiden dan wakil presiden berbeda dengan pemilu legislatif yang banyak calonnya. Pilpres kali ini hanya ada dua pasangan. Jadi, dengan demikian, publik tidak akan dipusingkan dengan persoalan nama dan nomer urut yang akan dipilih. Sebab, yang akan lebih berkesan bagi publik daripada sekedar nomer urut ialah sosok sang capres atau cawapres.

So, bagi kedua pasangan tidak usah khawatir dengan perolehan nomer urut. Publik akan menguji visi-misi, ide, gagasan, program yang akan disampaikan. Berilah mereka pendidikan politik bukan uang politik. Jadikan mereka pemilih cerdas bukan pemilih oportunis.

Selamat berkompetisi menuju istana. Rakyat menunggu sikap ksatria bukan pura-pura. Rakyat merindu kampanye elegan bukan kampanye hitam. Rakyat menunggu ketegasan bukan ke-plinplan-an, keterpercayaan bukan kekhianatan, kejujuran bukan kepalsuan, kecerdasan bukan kekonyolan, kemandirian bukan ketergantungan. Rakyat mendamba pemimpin yang mampu membawa Indonesia yang bermartabat, adil, dan sejahtera.

Jakarta, 01 Juni 2014
Salam Persaudraan

Sumber: kompasiana | Abah Faiq
Sumber: gambar: news.detik.com



@



0 Post a Comment:

Posting Komentar - Kembali ke Konten

Nomor Satu yang Ditunggu