Allah is waiting for our
Taubah”. Itu yang mestinya ada di benak kita, tentang salah satu sebab kita
masih diberikan kehidupan hingga saat ini, tentang begitu banyak kasih
sayang-Nya yang masih bisa kita nikmati, meski beribu kali kita melakukan
kesalahan pada-Nya, meski begitu banyak perintah-Nya yang kita abaikan, meski
seringkali langkah kaki kita terantuk dosa.
“ Katakanlah hai
hamba-hambaKu yang melampui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha penyayang.”
(Q.S. Az-Zumar: 53)
Ayat diatas mestilah menjadi oase
bagi semua umat muslim yang sebagai manusia tentu tempatnya salah dan dosa. Seringkali
orang-orang yang hidupnya penuh dengan kemaksiatan tidak melakukan perbaikan
karena merasa hidupnya terlanjur kotor, terlanjur penuh dengan dosa seakan
tidak punya kesempatan menjadi orang baik, seakan tidak punya kesempatan untuk
mendapatkan surga. Padahal Rasulullah SAW mengatakan dalam sebuah hadits : “Jika
kalian melakukan kesalahan-kesalahan (dosa) hingga kesalahan kailan itu sampai
ke langit, lalu kalian bertaubat maka Allah akan menerima Taubat kalian”
(H.R. Ibnu Majjah dari Abu hurairah)
Beberapa kali kita mungkin mendengar
kabar tentang orang-orang yang meninggal di usia muda, baik yang dikenal
ataupun orang yang tidak, publik figur, atau bukan. Banyak dari mereka adalah
orang-orang yang kita ketahui sangat baik perilakunya, baik akhlaqnya, taat
ibadahnya, menjadi contoh yang baik untuk orang sekitarnya, dan hal baik
lainnya yang mengagumkan. Kematian pada masa muda tersebut seyogyanya membuat
kita berpikir, mungkin mereka sudah pantas untuk mendapatkan surga Allah. Tak
jarang cerita-cerita yang sampai ke telinga kita tentang bagaimana indahnya
kisah kehidupan mereka sebelum meninggal membuat begitu iri akan pertanda
husnul khatimah yang mereka dapatkan, akan senyum-senyum ketenangan yang
menghiasi wajah “tidur” mereka. Betapa beruntungnya mereka yang mendapatkan
husnul khatimah yang didambakan seluruh umat muslim.
Maka bila “Hikmah adalah milik
umat muslim yang hilang, maka dimanapun kau menemukannya, ambilah“, mari kita
mencoba mengambil hikmah dari kejadian orang-orang meninggal muda ini. Jika
sekarang kita masih hidup, mungkin kita belum pantas mendapatkan surga yang
kita minta, mungkin taubat kita belum sempurna, mungkin juga kita belum
maksimal menjalankan tugas kita sebagai manusia dengan segala perannya di muka
bumi ini, banyak tanggung jawab yang belum terselesaikan, banyak hutang yang
belum terbayar, banyak kesalahan kita yang belum termaafkan, dan Allah masih
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan itu semua. Subhanallah
walhamdulillah.
Memang benar bahwa ajal sudah ditentukan
oleh Allah dan sudah tertulis di lauh mahfudz sampai kapan batas usia kita.
Bahkan dikatakan bahwa yang paling dekat dengan kita adalah kematian. Kematian
tidak menunggu orang tersebut bertaubat, namun ketika kita merasa bahwa Allah
menunggu taubat kita, mestilah hal tersebut menjadi lecut yang sangat keras
untuk kita bersegera dalam bertaubat, karena bukan manusia yang yang menunggu,
melainkan Tuhan yang telah menciptakan kita. Tidak kah kita rindu untuk bersua
di surga Firdaus-Nya? Masih sanggupkah kita melalaikan-Nya ketika kita merasa
“ditunggu”?
“Sesungguhnya
Allah tetap menerima taubat seorang hamba selama ruhnya belum di tenggorokan”
(H.R Timidzi, hadits hasan)
Jika ada yang mengatakan bahwa
tidak ada kesempatan kedua, maka dari hadits diatas dapat kita ambil kesimpulan
bahwa kita memiliki kesempatan untuk bertaubat bukan hanya satu atau dua
kesempatan, melainkan sebanyak nafas yang kita punya. Setiap hembusan nafas
kita, adalah kesempatan untuk bertaubat.
Taubat tentunya bukan hanya
tentang dosa-dosa besar, tapi juga dosa-dosa kecil yang dilakukan secara
sengaja ataupun tidak oleh seorang muslim. Sebagai manusia, tentulah kita bukan
makhluk yang bersih dari kesalahan dan dosa. Merasa bersih dari dosa adalah
dosa. Bahkan Rasulullah SAW pun yang merupakan seorang Nabi, beliau banyak
beristighfar dan bertaubat setiap harinya. Dari Abu Hurairah ra, ia mendengar
Nabi SAW bersabda : “Demi Allah, aku beristighfar pada Allah dan bertaubat
pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.”
“Bila selangkah ku rapat pada-Mu, seribu langkah
Kau rapat pada-Ku” lalu apalagi yang kita tunggu. Berulangkali Allah
mengingatkan kita untuk mendekat kepada-Nya, untuk meminta kepada-Nya, untuk
bertaubat dan memohon ampun pada-Nya. Bukankah kita tidak buta & tuli akan
ayat-ayat Allah? Maka dekatilah Ia, mintalah Surga Firdaus-Nya, persembahkanlah
taubat yang sebenar-benarnya. Janganlah berputus asa akan rahmat Allah.
Gambar: faithofmuslims.files.wordpress.com
*Penulis: Zakiah Husni Ramadani
(Mahasiswi Pascasarjana Psikologi Pendidian Universitas Indonesia)
@
Tagged @ Hikmah
0 Post a Comment:
Posting Komentar - Kembali ke Konten